dari omah

Di pundak anak mudalah masa depan negeri ini di tentukan. Di tengah perkembangan teknologi dan informasi yang sangat cepat, seorang anak muda ditutut untuk bisa menyesuaikan diri tanggap teknologi dan menerapkannya dengan penuh tanggung jawab. Di samping juga harapan orang tua untuk tidak meningalkan tradisi “unggah-ungguh” dan pengetahuan ketimurannya. Hal inilah yang membuat posisi anak muda sekarang sangat susah untuk di perankan, satu sisi mau tidak mau harus berhadapan dengan teknologi dan informasi sementara di sisi lain harus sadar akan ke-Indonesia-an agar tidak salah arah. Mengenal persoalan, keinginan, cita-cita, hasrat, emosi, kegelisahan dan juga semangat mudanya. Berawal dari itulah kemudian muncul ide kreatif untuk mendirikan sebuah sanggar sebagai tempat pengetahuan ditempa, dikaji ulang, dan diciptakan kembali mempunyai peranan tersendiri dalam kalangan masyarakat.

Lihat saja pertumbuhan sanggar-sanggar komunitas yang ada di wilayah yang ada di wilayah perkampungan di Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Dengan berbagai kegiatan yang dilakukan sanggar-sanggar tersebut telah memberikan peran yang penting dalam pendidikan masyarakat kalangan menengah ke bawah. Bermacam kegiatan untuk melatih keterampilan hingga menghasilkan karya yang sebenarnya bisa dipamerkan. Kemampuan yang sebenarnya bisa dibagikan dan dikompetisikan ini sayang jika dibiarkan tumbuh disatu komunitas saja. Tradisi kampung yang dikenal “guyub” akan semakin luntur jika tidak ada tindakan saling berbagi.

Akan tetapi kemunculan ide-ide kreatif dan inovatif tersebut belum sebanding dengan wahana apresiasi dan penyaluran karya untuk berbagai dan berkompetisi. Dengan adanya sanggar kampung ini diharap bisa memfasilitasi dan memberikan ruang untuk saling berbagi dan berkompetisi. untuk itulah omah opak mencoba hadir di kalangan masyarakat kampung, di karangploso, sitimulyo, piyungan, bantul, yogyakarta

Sabtu, 18 Juni 2011

Uneg-Unegku



Menjadi ketua pelaksana, sungguh tak kubayangkan sebelumnya.Pertama senang, kaget, bingung, campur aduk jadi satu.Mencoba tuk berhasil, walaupun tak yakin, he…he…he…
Hal yang paling bikin mumet, ketika teman-teman diajak rapat hanya sebagian orang yang datang. Bahkan waktu itu aku sempat pasrah alias “ sakkarepmucah “, cos acara ini dari kita untuk masyarakat.
Walaupun rapat ada juga kendala, aku sebagai ketua pelaksana seharusnya bisa tegas dalam memutuskan masalah.Terlalu banyaknya usulan atau saran yang melenceng dari hasil musyawarah sebelumnya itulah yang membuatku marah bahkan mo pergi dari rapat itu jika tak kuat.
Kerja bakti pun berlangsung, aneh bin ajaib, sebelumnya ketika rapat temen-temen sudah ditanya dan sanggup bisa kerja bakti, ternyata ketika hari “H” dia tak datang. “Manatanggungjawabmu prend”. Itulah yang ku katakan dalam hatiku.
Kurang seminggu, huh … aku pun bergetar merinding “Piye sesuk iki cah”, hal yang direncanakan melenceng jauh dari rapat.
Hari H telah tiba, untung ada teman yang perhatian selalu, dan akhirnya acara berlangsung lancar dan sukses.

Thanks to : Tuhan YME, temen-temen panitia, temen-temen pemuda, tanpa kalian acara ini tak akan berlansung lancar.

RismanSaputra (KetuaPelaksana)
30 Mei 2011→ 21.30