Kamis, 08 Juli 2010
pementasan “SUK – SUK PENG” oleh Komunitas Segogurih
WACANA ISU SOSIAL DALAM PERTUNJUKAN SUK-SUK PENG
Masalah urban chaos tentu bukan hal baru tetapi seiring dengan fenomena dan perkembangan zaman, wilayah ini selalu kondusif terjadi dimana saja. Sampai hari ini pun pemicu konfliknya masih sama yaitu ; bahwa akarnya adalah kemiskinan. Jadi keberangkatan yang dijadikan pijakan awal sebagai teks adalah isu. Isu apa saja, kapan saja dan dimana saja yang penting menurut kami itu masih kontekstual untuk dinikmati dan ditanggapi. Tidak ada kata basi untuk hal menyangkut isu. Basi hanya persoalan waktu. Selanjutnya akan di-reinterpretasikan sesuai kebutuhan penyampaian gagasan dan estetika dan karena individu-individu dalam Komunitas SegoGurih lahir sebagai wong Jawa ndesa. Tentu saja dengan tingkat wawasan yang ndesa pula disetiap harinya berinteraksi dengan berbahasa Jawa, sehingga wajar jika merefleksikan sesuatu (baca : berkarya) dengan bahasa dan cara-cara yang setiap harinya kita lakukan.
LAKON “USANG” dikemas kembali di Desa dengan Suguhan Teater Ndeso
Kenapa memilih kami memilih desa, perkampungan ? Sebab tempat tersebut menjadi sasaran yang sebenarnya sangat ekonomis bagi sebuah tontonan teater berbahasa Jawa. KSG menganggap bahwa penonton (massa desa) selama ini sebenarnya adalah relasi strategis bagi sebuah kelompok kesenian yang berbasis kultur Jawa lokal. Desa sebagai “tempat pertunjukan” menjadi ruang interaksi dan dialog alternatif dalam peristiwa teater. Kebiasaan yang selalu dilakukan KSG selama ini memang selalu mementaskan setiap reportoarnya ke desa-desa dan kampung-kampung.
KSG sengaja memilih bahasa dan kultur Jawa sebagai pilihan alat ucap. Rasanya bahasa Jawa tidak terlalu miskin untuk menjadi alat ucap sebuah peristiwa teater. bahasa Jawa cukup kaya mampu mengakomodasi berbagai macam ide kreatif.
KSG tidak ingin menunggu penonton yang mencari pertunjukan tapi kami yang akan ”mencari dan menghadang penonton”. Di situlah pengertian dari kenapa kami mementaskan di beberapa tempat yang sebenarnya bukan standar gedung pertunjukan teater. Jadi penonton di sini dapat menikmati sebuah tontonan yang akhirnya bukan lagi menjadi masyarakat konsumen teater saja. Tetapi lebih dari itu biarlah menjadi peristiwa teater komunitkatif antara peristiwa yang bearada di dalam cerita dengan penonton yang sifatnya sesrawungan guyub gayeng.
SINOPSIS CERITA
Fenomena wacana yang terjadi di realita yang kami bawa dalam sebuah pagelaran dengan lakon “Suk – Suk Peng “ karya Bambang Widoyo SP. Menurut kamu lakon ini bisa diartikan menjadi “Di Suk – Suk Soyo Gepeng” (semakin di himpit semakin pipih) yang menceritakan kehidupan yang dialami oleh emak, pelok yang mencoba bertahan hidup dengan menjadi tukang kerok dan loper koran, namun tekanan demi tekanan yang dialami membuat mereka semakin sulit untuk melanjutkan hidup mereka, kemudian Jarot, seorang Preman Kampung yang menjadi preman kampung selalu menekan secara psikologis terhadap keduanya, walaupun tidak secara langsung, kehadiran jarot menjadi momok yang menyeramkan untuk keduanya. Jarot bekerja menjadi “satpam” disebuah toko klontong di pinggir jalan. Dilain pihak hidup keluarga kaya raya yaitu Ndoro Kakung, dan Ndoro Putri, mereka memiliki putra bernama Prasojo, dan pembantu bernama Klenyem (kekasih Pelok). Kehidupan Pasutri ini berbalik 180 derajat dari emak dan pelok, kehidupan serba mewah dengan segala fasilitas yang ada menggambarkan bagaimana enaknya menjadi orang kaya, namun dibalik itu muncul permasalahan ketika Klenyem dipaksa untuk “melayani” Ndoro Kakung hingga akhirnya Klenyem hamil, tidak hanya itu, Prasojo ternyata diketahui memiliki hubungan dengan Tinah ( Kekasih Jarot ) seorang pelacur.
Konflik memuncak hingga akhirnya Ndoro Kakung dan Ndoro Putri meninggal setelah mengetahui hubungan tersebut. Dilain pihak, sebuah surat dilayangkan untuk emak, yang memberitakan bahwa Kuburan suami Emak dikampung telah digusur untuk membangun Perumahan ! sedangkan Pelok hanya bisa pasrah melihat Klenyem yang telah mengandung akibat perbuatan Ndoro Kakung. Toh, apa yang bisa mereka berdua perbuat, karena Ndoro Kakung telah meninggal.
Perjalanan pementasan “SUK – SUK PENG” oleh Komunitas Segogurih akan berlangsung sebagai berikut :
Hari / Tanggal : Minggu, 11 Juli 2010
Pukul : 20.00 WIB
Tempat : Bale Budaya Samirono, Samirono, Yogyakarta
Hari / Tanggal : Rabu, 14 juli 2010
Pukul : 20.00 WIB
Tempat : Sanggar omah opak. Karang ploso,Sitimulyo, Piyungan, Bantul
Hari / Tanggal : Minggu, 18 juli 2010
Pukul : 20.00 WIB
Tempat : RUMAH BUDAYA TEMBI, BANTUL, Yogyakarta
Hari / Tanggal : Minggu, 25 juli 2010
Pukul : 20.00 WIB
Tempat : jalan wates KM 15 . Bantar Rt 04/02, Banguncipto, Sentolo, Kulon progo
UNTUK INFO pementasan bisa menghubungi :
Pimpinan produksi
FEBRIAN EKO MULYONO
Contact Person : +62 85 629 173 62
Email : komunitassegogurih@gmail.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
salam budaya. Mas boleh kah saya minta softcopy naskah suk suk peng?
BalasHapusjika boleh kirim k email saya : zugi78@gmail.com